Be Specific About Books To Genduk Duku (Trilogi Roro Mendut #2)

Original Title: Genduk Duku
ISBN: 9794030635
Edition Language: Indonesian
Series: Trilogi Roro Mendut #2
Characters: Genduk Duku
Download Free Genduk Duku (Trilogi Roro Mendut #2) Books Full Version
Genduk Duku (Trilogi Roro Mendut #2) Paperback | Pages: 372 pages
Rating: 4.02 | 166 Users | 13 Reviews

List Epithetical Books Genduk Duku (Trilogi Roro Mendut #2)

Title:Genduk Duku (Trilogi Roro Mendut #2)
Author:Y.B. Mangunwijaya
Book Format:Paperback
Book Edition:First Edition
Pages:Pages: 372 pages
Published:1994 by PT Gramedia Pustaka Utama (first published February 1987)
Categories:Asian Literature. Indonesian Literature. Fiction. Novels

Chronicle In Favor Of Books Genduk Duku (Trilogi Roro Mendut #2)

awalnya, saya mengira cerita "genduk duku" hanya sebuah kisah pengantara saja. semacam interlude dari bait pertama (rara mendut) ke bait selanjutnya (lusi lindri). berharap tidak akan bertemu dengan sosok yang wah, namun kenyataannya berbeda. maklum, saya mikirnya apa sih yang spesial dari seorang dayang2..? pasti kisahnya ndak akan sehebat tuan putrinyalah..
dan di sinilah kepiawaian romo mangun memainkan kata-katanya.. ia menyuguhkan sebuah kisah romantis yang bikin gemmes, lantas mengakhiri seenaknya. tapi ya sudahlah.. itu sudah otoritas sang sutradara mau membunuh siapa. kita yang membaca cuma bisa pasrah membayangkan sang tokoh idola lenyap dari cerita :-(

Rating Epithetical Books Genduk Duku (Trilogi Roro Mendut #2)
Ratings: 4.02 From 166 Users | 13 Reviews

Critique Epithetical Books Genduk Duku (Trilogi Roro Mendut #2)
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya was an architect, writer, Catholic priest, and activist. Romo Mangun (Father Mangun) was publicly known by his novel "Burung-Burung Manyar" which was awarded Ramon Magsaysay Award for South-East Asia Writings on 1996. Not only active in the fiction genre, Romo Mangun also wrote many non-fiction and architectural works such as "Sastra dan Religiositas" [tr.: Literature

Without a doubt, Y.B. Mangunwijaya was the 20th century Indonesian Shakespeare in terms of language and Dickens in terms of story. Prepare to be blown away by his description of 17th century Java in great detail.

Mengasyikkan!

2nd book of the trilogy. Genduk duku as a friend, but not a best friend,coz Mendut best friend always Pranacitra.. I pointed out about her wisdom in unpleasant situations,its not easy. I read it directly after Roro Mendut, long time ago

Saya tahu benar tawa ricuh di awal-awal cerita akan mengembun jadi air mata, ya sudah. Seperti sadar minum sirop yang kedaluarsa, manis yang berniscaya menjadi mencret.Jika perang milik Roro mendut adalah patriarki, maka Genduk Duku berkelahi dengan sesuatu yang lebih besar. Walaupun Roro Mendut mewariskan keberaniannya pada Genduk Duku, tetapi lukanya tidak ikut turun menjadi kesumat. Genduk Duku bertahan, ia gencar mencari celah pembebasan bersama suaminya. Disini, pamor wanita berkembang dari

awalnya, saya mengira cerita "genduk duku" hanya sebuah kisah pengantara saja. semacam interlude dari bait pertama (rara mendut) ke bait selanjutnya (lusi lindri). berharap tidak akan bertemu dengan sosok yang wah, namun kenyataannya berbeda. maklum, saya mikirnya apa sih yang spesial dari seorang dayang2..? pasti kisahnya ndak akan sehebat tuan putrinyalah..dan di sinilah kepiawaian romo mangun memainkan kata-katanya.. ia menyuguhkan sebuah kisah romantis yang bikin gemmes, lantas mengakhiri